Rabu, 20 Februari 2013

Ayu Utami Bukan 'Parasit Lajang' Lagi


Jakarta - Novelis Ayu Utami meluncurkan karya terbarunya yang berjudul 'Pengakuan eks Parasit Lajang' di Komunitas Salihara, Jakarta, Selasa (19/2/2013) malam. Seperti tersurat dari judulnya yang blak-blakan, buku tersebut berisi kisah yang sangat pribadi.

'Pengakuan eks Parasit Lajang' diluncurkan bersama-sama dengan penerbitan ulang buku Ayu sebelumnya, 'Si Parasit Lajang' yang terbit pertama kali pada 2003. Sejak terbitnya buku itu, Ayu mengukuhkan dirinya sebagai perempuan yang tidak menikah.

Kini, dengan terbitnya 'Pengakuan eks Parasit Lajang', seolah Ayu hendak mengumumkan bahwa dirinya telah berubah. Ia tak lajang lagi.

"Ya, saya memang sudah menikah," ujarnya sambil tersenyum. "Tapi, sebenarnya saya tidak berubah," tambahnya.

Sebenarnya, fakta bahwa Ayu "akhirnya menikah" bukanlah hal yang baru benar-benar terungkap setelah 'Pengakuan eks Parasit Lajang' terbit. Sebelumnya, tahun lalu, Ayu telah menerbitkan novel 'Cerita Cinta Enrico' yang antara lain mengungkapkan pernikahan Ayu.

Kini, lewat 'Pengakuan eks Parasit Lajang' tampaknya Ayu ingin lebih 'memperdalam' pengakuannya. Lihat saja klaim yang tercetak di sampul belakang buku ini: Pengakuan eks Parasit Lajang adalah otobiografi seksualitas dan spiritualitas pertama di Indonesia.

"Kisah nyata ini ditulis dalam bentuk novel dengan tokoh A, seorang perempuan yang memutuskan untuk melepas keperawanannya di usia duapuluh, untuk sekaligus menghapus konsep keperawanan yang baginya tak adil."

Wow, cukup radikal bukan? Menurut Saras Dewi yang membedah buku tersebut malam itu, karya Ayu memang bukan sekedar sastra. Melainkan, sebuah gerakan penyadaran akan hak-hak perempuan yang dimulai sejak terbitnya 'Saman' dan masih terus bergulir hingga sekarang.

"Kalau kita lihat, 15 tahun setelah reformasi, masih terjadi diskriminasi terhadap perempuan serta kelompok-kelompok gay dan lesbian, sehingga karya Ayu ini sangat relevan," ujar dosen filsafat di Fakultas Ilmu Budaya, UI tersebut.

Menurut Saras, 'Pengakuan eks Parasit Lajang' sangat spiritual dan kental nilai-nilai filsafat. Gaya 'pengakuan' yang dipilih sengaja mengikuti jejak St Agustinus yang menulis biografinya sekitar 1600 tahun silam berjudul 'Confessiones'.

"Karya ini revolusioner, ada bagian yang berbicara tentang advokasi keadilan perempuan yang tajam dan serius, tapi ini bukan buku self-help. Di satu sisi humoris, tapi di sisi lain kita seperti mendapat kuliah filsafat 3 SKS. Bukan roman, tapi kental dengan love story, dan di bagian akhir bikin saya nangis," puji Saras Dewi.

0 komentar:

Posting Komentar